Banyak guru mengalami kendala saat mengikuti proses sertifikasi karena salah memilih atau mengisi kode mapel. Kesalahan kecil ini sering membuat berkas ditolak saat verifikasi, padahal bisa dihindari dengan pemahaman yang tepat.
Artikel ini akan membahas kesalahan umum yang sering terjadi dan bagaimana cara memperbaikinya sebelum data dikirim ke sistem sertifikasi.
1. Memilih Kode Mapel Tidak Sesuai dengan Ijazah
Kesalahan paling sering terjadi adalah memilih kode mapel yang tidak sesuai dengan jurusan pada ijazah S1/D4.
Contoh:
- Guru dengan ijazah S1 Biologi memilih kode Matematika (180)
- Guru S1 Bahasa Inggris memilih kode Bahasa Indonesia (156)
Solusinya, pastikan Anda mengecek kesesuaian bidang studi dengan ijazah terlebih dahulu. Panduannya bisa dibaca di artikel berikut:
Cara Memilih Kode Mapel yang Tepat untuk Sertifikasi Guru
2. Menggunakan Kode untuk Jenjang yang Salah
Setiap jenjang pendidikan memiliki kode mapel yang berbeda, walaupun nama mata pelajarannya sama.
- Matematika SMP → 180
- Matematika SMA → 192
Jika guru SMP memilih kode untuk SMA, maka sistem bisa menolak data tersebut. Cek kembali jenjang tugas mengajar di Dapodik atau Simpatika sebelum submit.
3. Tidak Mengupdate Data di Dapodik / Simpatika
Kesalahan lain adalah data tugas mengajar belum diperbarui di sistem. Akibatnya, bidang studi dan jenjang tidak sesuai dengan data pusat.
Solusinya:
- Koordinasikan dengan operator sekolah untuk sinkronisasi Dapodik atau Simpatika.
- Pastikan data mata pelajaran, jam mengajar, dan NUPTK sudah benar.
4. Salah Menafsirkan Kode Mapel di Daftar Resmi
Beberapa guru keliru karena menyalin kode dari sumber yang tidak resmi atau versi lama.
Pastikan selalu menggunakan daftar kode mapel resmi dari Kemendikbud atau BPSDMP. Anda dapat melihat versi terbaru di artikel berikut:
Daftar Kode Mapel untuk Pendaftaran Sertifikasi Guru
5. Mengisi Bidang Studi Berdasarkan Minat Pribadi
Bidang sertifikasi tidak ditentukan oleh minat, tetapi oleh ijazah dan SK mengajar. Banyak guru memilih mapel favorit tanpa memperhatikan dasar hukum administrasi.
Akibatnya, berkas sertifikasi bisa ditolak karena dianggap tidak relevan.
6. Tidak Berkonsultasi dengan Operator Sekolah
Beberapa guru langsung mengisi data sertifikasi tanpa koordinasi dengan admin sekolah. Padahal, operator memiliki data terbaru dari sistem Dapodik dan Simpatika.
Solusinya sederhana: selalu diskusikan pilihan kode mapel sebelum pengisian agar tidak terjadi duplikasi atau kesalahan jenjang.
7. Menggunakan Data Lama Tahun Sebelumnya
Kode mapel bisa berubah setiap ada pembaruan kebijakan sertifikasi. Menggunakan data lama berpotensi menyebabkan kesalahan administrasi.
Pastikan Anda memeriksa versi kode mapel terbaru di situs resmi sekolah atau Kemdikbud.
Penutup
Mengisi kode mapel sertifikasi guru tampak sederhana, namun membutuhkan ketelitian tinggi. Hindari tujuh kesalahan di atas agar proses sertifikasi Anda berjalan lancar dan lolos verifikasi.





